kalung salib


Setelah shalat magrib, aku mengajak seorang senior untuk menemaniku ke toko buku yang tidak jauh dari asrama, tepatnya di jalan Yohanes. Cukup lama  mencari buku yang aku inginkan. Berputar-putar di lantai satu, tak ada sama sekali yang yang menarik. Aku putuskan untuk naik ke lantai dua dan seniorku menunggu di bawa. Setelah mengelilingi lantai dua, akhirnya buku yang aku harapkan sudah terlihat. Aku meraihnya. Judulnya lingkar Fisika. Tanpa banyak berfikir lagi aku membelinya. Setelah membayar, aku terpana dengan sebuah novel yang terselip di rak buku yang tepat ada di samping kasir. Aku berjalan mencabutnya dari himpitan. Mmm....judulnya ternyata lumayan menarik tadarrus cinta. Novel ini ternyata novel filsafat. Dengan mata yang melompat-lompat, kubaca sinopsisnya agar meyakinkan kantongku untuk membelinya. Ternyata betul sinopsisnya membuatku membelinya.
“ di bungkus mbak?” tanya tukang kasirnya
Aku berfikir sejenak, di bungkus atau tidak.
“ga usah mbak. biar utuh aja ama plastiknya”
“ok..mbak” kemudian memasukkannya ke kantong plastik
Setelah membayar di lantai dua, aku segera turun. Di tangga, mataku tertuju pada jejeran buku yang menarik perhatianku. Aku menunduk, karena bukunya tidak di letakkan di rak. Tapi di susun rapi di tempat semacam bangku panjang. Lagi-lagi aku tertarik. Pergeseran penafsiran Al-qur’an dan ulum qur’an. Setelah membayarnya kami pun  keluar dengan membawa 4 buku.
perjalanan pulang, seniorku melihat sebuah salon yang cukup besar. Dia minta untuk ditemani masuk. Setelah keramas, barulah rambutnya di potong. Lama aku menunggu di belakang. Untuk menemani kejenuhan, aku mencoba mengeluarkan buku yang ada di  dalam kantongan. Tiba-tiba saja seorang anak kecil menghampiriku
“tante, ini apa?” tanyanya polos sambil menyentuh buku
“ini buku cantik” jawabku dengan wajah ceria
“bacain ya..tante!”
Aku berfikir sejenak karena bukunya masih terbungkus. Rencananya sampai di asrama baru ingin membukanya
“tante” menarik rokku
“ok..tante bacain. Tapi buku ini aja ya” sambil memperlihatkan buku fisika
“iya”
Baru membacanya dua paragraf, anak pemilik salon itu menyuruhku membuka buku ulum qur’an. Aku sangat keberatan sebenarnya, karena rencananya buku itu mau diberikan pada senior. Tapi kayaknya anak yang comel ini ingin sekali dibacakan. Aku membuka plastiknya lalu membaca definisi Al-qur’an dan satu ayat Al-qur’an.
Setelah membacanya, ibu dari anak ini menegurnya
“lala....kita besok mau ke pengantin, jadi cepat tidur. kan besok pengantinnya di gereja sudah lama kan kita ga’ ke gereja” kata pemilik salon sambil memperhatikan kariawannya bekerja.
Saat mendengar perkataan itu, aku segera melempar pandangan ke dinding. Aku melihat sertifikat pemilik salon dengan nama suliaswati. Aku memperhatikan fotonya. Aku melihat sebuah kalung salib terpasang di lehernya.
Perhatianku buyar......
“tante, di jelasin dong apa yang tante bacain tadi. Itu bahasa apa tante” tanya anak kecil itu sembari menarik buku yang kupegang.
“oh.... ini bahasa arab cantik” sembari kulihat sebuah garis wajah yang aneh dari ibunya.
“lala..tantenya capek. Ayo’ kita beli makanan di luar” lalu memanggil anaknya keluar dari salon
Aku tersenyum, lalu kembali memasukkan buku ke kantong plastik lalu melihat senior yang sedang asyik dengan cermin besar yang menggambarkan perubahan rambutnya.
Anak polos itu sungguh penasaran dengan ayat Al-qur’an yang kubaca. Sampai-sampai saat ibunya menarik ke luar, ia sempat menoleh padaku
“tante, kapan-kapan ya” dengan senyum polos yang menggambarkan rasa penasaran.
“ok” seraya mengacungkan jempolku.


Semoga Allah memberi yang terbaik buat anak ini. Memberikan hidayah dari sebuah pertanyaan singkat yang dapat mengubah hidupnya lebih dari sekedar bertuhan.

1 komentar:

  Unknown

5 Juni 2013 pukul 15.08

سبحن الله... cerita yang menarik