aku jatuh cinta



Setelah lebaran idul adha kemarin, aku mengira semangat dan kekuatanku akan pulih. Tapi perkiraanku meleset. Sehari setelah lebaran tugas kuliah telah menungguku untuk dipresentasikan di depan kelas. Sungguh aku belum menguasai buku yang sepekan lalu kupinjam di perustakaan. Aku serasa ingin tidur saja. aku melawan. mencoba bangkit dari pembaringan dan buru-buru ke kamar mandi lalu menyiapkan pakaian yang akan kukenakan ke kampus.
Saat bercermin, mencoba merapikan  jibab yang kukenakan, teman sebelah kamar datang untuk menyetrika bajunya. Ia bertanya tentang keadaanku. Aku hanya menjawab sekenanya saja “aku jenuh” ia tak mengeluarkan sesuatu apa pun dari mulutnya kecuali senyum kecut yang tak dapat  terkatakan. Ia tahu kalau jawabanku seperti ini berarti perasaanku lagi tak enak.
Berjalan dari lorong ke lorong di bawah sengat matahari yang luar biasa membuatku tak henti-hentinya menutupi wajah dengan sapu tangan buatan ibuku di kampung. Ukurannya kecil cukup menutupi wajahku dari sengatan matahari dan debu. “simpan baik-baik sapu tangan ini. Anak perempuan harus selalu bawa sapu tangan agar selalu bersih” ini yang dikatakan ibuku saat menjahit sisa kain bajunya.
Aku memilih naik bus Trans. Setelah menunggu 30 menit, akhirnya bus berwarna kuning hijau yag mirip mesjid kebanyakan di indonesia sudah terlihat dari kejauhan lalu mendekat perlahan. Aku tak tahu apa filosofi pemilihan warna Trans ini. Kadang aku bertanya dalam  hati tapi tak pernah kukeluarkan  Karena ini juga tak penting untuk ditanyakan.
Di atas bus beberapa halaman buku kuhabiskan. Tapi perasaanku tak kenyang karena banyak gangguan. Di atas bus aku merasa sedari tadi ada yang melihatku. Kucoba fokus pada lembaran-lembaran dihadapanku tapi tetap saja sama. Aku melihat huruf huruf yang kubaca pecah, berantakan dan terhambur jauh ke sudut-sudut bus. Susah untuk dipungut. Kututup buku yang berjudul “pemikiran harun Nasution” itu lalu berujar “kena kamu, siapa yang dari tadi memperhatikanku “ kataku lalu melirik orang-orang yang duduk di sudut bus. Tapi ternyata tak ada satupun padangan tertuju padaku. Semuanya asyik dengan Hpnya. Aku tertawa kecil dalam hati “ginilah kalau selalu GR”
30 menit lebih beberapa detiklah, aku sampai di kampus. Setibanya di kampus, tiba-tiba saja ada yang berbisik “ga usah masuk! Mata kuliahnya ga’ susah ko’. Tinggal belajar dikit di rumah udah bisa ikut ujian” ini bisikan dari siapa yah??? Yah tiada lain dan tiada duanya pasti namanya Say alias syetan. Aku sempat melihat gedung yang akan kunaki menuju lantai 4. Ada sedikit rasa untuk mengikuti anjuran si Say. Tapi ah....... aku kuat ternyata. Aku tidak mau membuang percuma uang 3000 yang kugunakan naik bus. Kulangkahkan kakiku dengan pasti dan mencoba melawan syetan-syetan yang menghadangku bak artis yang dikerumuni wartawan “plak..plok..” kutabok syetan-syetan itu dan akhirnya aku berhasil duduk di kelas, memperhatikan dosen dengan khusyuk dan terpenting aku berhasil membantu dosen menjelaskan semua yang telah disampaikan menit pertama karena banyak teman yang telat datang.
          Setelah kuliah aku mendapat panggilan masak oleh temanku yang dapat daging kurban. Cepat-cepat kuraih tasku lalu menuju tempat itu. hit...hit...hit masakan pun jadi. Setelah makan aku segera pulang untuk menyelesaikan tugas esok hari.
          Melewati lorong kecil itu lagi, bedanya tadi siang panas sekarang gelap. Maklum sudah pukul 10 malam.
          Kucari kunci kamar yang kusematkan di dalam tas ranselku entah berapa lama aku mencarinya hingga kejengkelanpun datang menghampiri. Entah setan apa yang selalu menggodaku untuk marah belakangan ini. Jika tidak marah aku pasti diam penuh curiga. Aku merasa jenuh tapi tak tahu jenuhnya karena apa.  
          Kuletakkan ranselku lalu membersihkan badan kemudian mematikan lampu. Sebelum tidur aku memiliki kegiatan rutin yaitu menulis sedikit dari perjalananku sehari full. Baru beberapa paragraf, aku teringat dengan akun facebook yang seharian tidak kubuka. Kualihkan perhatianku dengan membuka akun facebook dan tulisanku pun kuhentikan sampai pada cerita tentang perasaanku tadi siang  di atas bus.
          Setelah mengetik kata sandi Fbku, terlihat sudut atas pada pesan masuk angka 12 berarti ada pesan yang masuk sebanyak itu. kucoba menahan untuk tidak membukanya. Yah..... itung-itung buat surprise supaya hati terhibur dikit. Setelah melihat pemberitahuan dan membaca status alay teman-teman, pelan-pelan kubuka pesan-pesan yang segar untuk dipanen itu. Ibarat buah, pesan yang terlihat 12 itu bagai buah apel yang segar siap untuk lahab.


“yang terlihat di sana, meski jauh namun dekat. Engkau yang selalu terlihat namun tak bisa kudekati. Aku tak bisa berkata apapun, ibarat gembok, mulutku terkunci tiap melihatmu. Di balik kaca ini kulihat wajahmu menahan rindu. Entah pada siapa engkau merindu. Tapi aku tak peduli engkau tetap terbaik yang kulihat dari balik kaca ini. Aku tahu, tiap kau ada di bus lalu membawa buku bacaan yang banyak, pasti engkau ada masalah.

 Memang sudah lama engkau tak terlihat di balik kaca ini. dan kupastikan kamu dalam keadaan sedih.
Hay... kamu yang bernama Andi yang terkungkung dalam adat yang tak pasti jangan pernah sedih karena engkau adalah semangat buat yang lain. Aku selalu melihatmu di balik kaca di atas bus agar tak sedikit pun engkau merasa aku melihatmu. Engkau wanita dan aku lelaki. Tuhan telah berjanji menciptakan kita untuk saling mengenal hanya saja aku  menunggu waktu itu”

          Mataku sedikit memerah membaca pesan singkat yang entah dari mana datangnya. Aku tersentuh bahwa selain Tuhan ada manusia yang tahu tentang keadaanku. Jenuhku ibarat pasir yang terseret ombak, menggulungnya lalu melepasnya. Aku kembali semangat dan berjanji bahwa jenuh ini tak akan kuundang lagi.
          Aku sadar bahwa Tuhan akan memberiku teman untuk menemani tiap kejenuhanku. Malam ini aku jatuh cinta. Meski sedikit seperti orang gila “jatuh cinta pada sebuah tulisan yang mungkin saja nyasar ”

                                                          Jogja 16 oktober 2013 19:00







0 komentar: