Si Om (...ng) Genit

Menjelang lebaran, hari-hariku sepih sekali. Sepih itu seperti mencekik leherku. Aku kira kesepian ini hanya sebentar, tapi ternyata berlanjut setelah lebaran. Setiap berjalan kemesjid, yang biasanya mereka selalu menungguku di lorong atau di mesjid. Tapi sampai sekarangt lorong itu masih hening tanpa suara mereka. Setiap malam sebelum kurebahkan badanku di kasur yang seprainya tak mau diatur karena kasurnya yang kempes ditengah Mungkin karena sudah lansia(lanjut usia) dan harganya murah meriah, mata ini tak pernah lupa untuk berbalik di kelender yang bergambar lambang tempatku kuliah. “ah….masih lama” lemasku. Hari ini serasa tak bergairah, semuanya serba terlambat. Bangun terlambat. Makan terlambat, apalagi yang namanya mandi sudah bisa saya dijuluki ralatman (ratu telat mandi). Setelah lebaran kemarin,seperti biasa kujalani kegiatanku tanpa mereka. Mereka yang selalu membuatku tersenyum meski spontan. Setelah shalat ashar, kuajak hatiku untuk bersepeda di sekitar UGM biar terhibur. Setelah cukup mengeluarkan keringat, aku segera pulang. Tapi tak lupa singgah di super market membeli obat sebelum tidur karena aku tidak bisa tidur tanpa memakan cemilan. Belum sampai diasrama, adzan memanggil. Eh…ternyata dijalanan ada fotografer yang mengambil gambar orang yang lewat. Segera kuroda sepedaku agar tidak tertangkap cameranya tapi ternyata perkiraanku meleset. Aku difotonya. Tapi untung aku berpakain rapi. Coba kalau tidak. Bisa jadi gambar monyet tu dicamera. Pulang dari mesjid, kudengar ada yang memangilku “ust…ust…” aku berbalik. Ternyata salah satu dari mereka. Segera kuberhenti sepedaku, kuelus kepalanya bertanda aku rindu. Kusuruh dia duduk di jok belakang…lalu kutancap gas (hehehehe emangnya pake kendaraan apa???). saat sepeda mulai berlaju stabil dan angin pun menyapa, dia mulai bertanya “ust orang mana sih…kok wajahnya aneh” katanya polos. “saya orang sulawesi. Kenapa wajah ust…aneh…?” tanya sambil menghentikan sepeda dan sedikit menoleh “karena wajahnya di kerumini semut. Manis kaya gula aren buatan nenekku” tawanya meledak. Aku pun tersenyum seraya berujar dalam hati “anak kecil selalu membuat hidupku berwarna” “ust kasih dong nomornya!” “usia kamu berapa nanya-nanya nomor” “ 8 tahun. ih…..ustad…sayakan nanya nomor rumahnya” hehehehhe..tawanya mengglitik “untuk apa?” “itu…tu..kakek aku yang ompong minta” Kami pun menikmati perjalanan…yang kuningnya lampu jalan menambah suasana bahagia . Terimah kasih atas rezkimu ya Allah…hari ini aku dihibur sama si ompng…menjelang hari kuliah dan hari masuk sekolah, meraka sudah datang. Sungguh aku rindu….

DI gang kecil itu.......

Saat berjalan melewati gang kecil dekat asramaku. Berjumpa dengan seorang gadis yang selalu memanggilku “mbak..mbak…” dan saat kepalaku tak mau menoleh, dia mengeraskan suaranya “mbak..mbak..e…” wajahnya kadang buatku kesal kadang pulang kasian. Bagaimana tidak kesal, tiap kali maumasuk asrama dia selalu mengejutkanku. Aku masih ingat saat sepeda yang kukendarai menabrak pagar hingga nyaris tanganku berdarah. Semua itu karena dia tiba-tiba muncul dihadapanku seraya berkata “mbak..mbak..hehehehe” dan pergi begitu saja. Rasa kasian ketika jiwaku kembali berkata “dia sangat baik dengan akal yang tak waras” aku juga ingat setiap kali memasuki gang kecil itu seekor anjing selalu berdiri bak harimau menunggu mangsanya. Aku tak bisa berbohong, aku sangat takut. Aku lebih memilih menuggu dari pada harus lewat didekatnya. Ahaaa..ini dia yang menjadi pertanyaan kenapa setiap anjing ada, gadis itu selalu muncul bak pahlawan kemalaman. Mengusirnya lalu berkata “wes mbak..wes…njingnya”. dan anjingnya pun nurut dengan wanita itu. Ha…..aku berkata “makasi” dia membalasnya denga -_’...(MENYERAMKAN). Dalam setiap kelukesah yang kurasakan, sungguh tak pantas untuk mengatakan “kenapa” karena makin kukeluhkan semuanya makin banyak kekufuran yang kulakukan. Dari sini aku belajar membaca, menulis dan menyampaikannya bahwa apa yang Allah berikan, itulah yang sebenarnya keindahan. Dia saja wanita polos yang hidupnya jauh dari keindahan. tidurnya bersama penderitaan, makannya tak ada rasa, hanya mengunyah kemudian dikeluarkan masih selalu ceria dan tak pernah bertanya “kenapa”. Aku juga sadar, dia mengalahkanku dalam hal ketenaran. Dia sangat terkenal. saking terkenalnya, setiap orang yang menanyakan alamatku pasti ujung-ujungnya bertanya “ yang dekat rumah MARNI itu yah?”. Mmmmm kalah deh,,,,,,sama kalian. Tapi hal yang palin dia benci adalah “mandi” tiap kali ini kata ini kusebutkan dia seperti ingin menggigitku. Hehehehehe tambah takut jadinya..