Rasanya ko’ rindu yah...
Aku rindu sama semua tentangmu. Tentang
pertama kali pertemuan kita. Pertemuan yang tidak akan kulupakan hingga kapan pun.
Itulah pertama kalinya ada seorang lelaki yang menyentuh tangan dan menatapku. yang kuyakini penuh
rasa sayang. Kadang di saat sendiri aku berfikir tentangmu, andai saja kita
bisa hidup bersama, mungkin aku tak perlu sesusah ini untuk mengerjakan
semuanya. Pasti kau akan membantu tiap melihatku bersusah payah. Aku sebenarnya
sudah tidak sabar hidup denganmu. rasanya hanya engkau lelaki yang selalu
membuatku tenang dan tidak ragu. Biasanya kebanyakan lelaki “aku tidak bisa
hidup tanpamu” Tetapi saat aku tidak mengizinkannya hidup denganku, ternyata
sampai sekarang dia masih hidup. konyol sekali kata-kata ini.
Mungkin karena aku lelah melihat
lelaki yang ada di sekelilingku, dengan ribuan gombalannya, Membuatku selalu
rindu denganmu. Engkau lelaki pertama yang membuatku sadar bahwa cinta adalah
pengorbanan bukan janji.
Sungguh aku dililit rasa rindu.
Bahkan di ruang gelap sekalipun. Apalagi jika melihat lelaki berlalu di depanku
dengan sosok kedewasaannya. Benakku tiba-tiba penuh dengan bayangmu. Saat
menulis ini, sebenarnya rasa rinduku sudah sampai ke ubun-ubun. Aku tak tahu
harus berbuat apa.
***
Yah... aku sudah pergi dari tempatku
tadi. Ada segerombolan wanita sedang tertawa terbahak-bahak. Sedang bercerita
tantang semua orang yang lewat di depannya. Aku sedikit menguping, yang
terdengar ada gendutlah, menorlah dan beberapa kalimat tidak terpuji lainnya (hahahha
terpuji. Bahasanya serius bunget yah). Aku marah mendengar mereka karena ada
beberapa kalimat yang ngena buanget di hatiku “gendut”. Oh... no aku jengkel
sekali. Tadi aku rindu, sekarang jengkel, entahlah besok apalagi. Mungkin
nangis kali yah... L
Sungguh...
aku rindu. Aku tidak main-main dengan
rindu ini. aku rasanya ingin memeluk lelaki yang ada di depanku ini untuk
merasakan kehangatan belaiannya. Tapi, tapi, tapi mana mungkin lelaki itu bukan
siapa-siapaku. Dia hanya lewat dan tidak mengenaliku. Jika aku berani melakukan
itu, aku akan jadi bahan perhatian oleh orang-orang. Dan dunia akan
menertawaiku. Hihihi... ganjen banget.
Buyar...rinduku buyar gara-gara
lelaki yang tadi di depanku. Ia pun pergi karena memang hanya singgah ngikat
sepatu. Tiba-tiba saja. ada seseorang di hadapanku, Dia temanku. Orangnya
lembut dan berkharisma. Ia dan aku jarang saling menyapa. Tapi kali ini ia
seakan merasakan kegalauanku.
“eh... kenapa sendiri? sinta mana?” aku
hanya terseyum.
“mau aku temani ga’? sambil duduk di
sampingku
“oh... ga’ usah ini aku lagi sibuk”
sambil berpura-pura membuka buku
“yah udah aku pergi yah..” berdiri
dan meninggalkanku
Yah... aku menolak ajakan lelaki itu
karena aku takut denganmu. Dulu kamu berpesan agar aku tidak terbiasa dengan
lelaki.
meskipun berkharisma? iya, jawabmu.
Mulai dari situ pesanmu kusimpan di ruang khusus di hatiku. Aku
menyembunyikannya dan menyimpannya dengan baik. aku tidak mau ia hilang karena
banyaknya lubang hitam di hatiku. Setidaknya pesanmu membuat hatiku tidak hitam
legam.
Sekarang aku bersandar di dniding
selasar mesjid. aku menikmati kesendirian ini. aku menatap kelangit dan
menikmati suasana ini. aku tersenyum sambil membayangkan wajahmu. Banyak orang
yang bilang wajah kita mirip. Mirip sekali. Ini yang membuatku yakin bahwa aku
tidak sia-sia menangis karena merinduimu.
Ada dua pohon di depanku, daunnya
hijau. Burung-burung bersiul menambah romantisnya tempat ini. 1 2 3 menit
kadang ada daun dari kedua pohon itu yang jatuh. warnanya kuning. Tiba-tiba aku
bertanya “apakaha besok cinta ini seperti daun yang jatuh karena sudah tua. Ia
tidak bisa menjadi bagian dari sebuah pohon karena usianya. Ia tercecer terbang
ke sana-kemari. Terinjak Lalu datanglah hujan yang membuatnya basah. si
matahari datang membuatnya kering rapuh. Hingga akhirnya hilang ditelan bumi”.
Sekarang terasa ada air yang lewat di
pipiku. Apakah itu keringat dari dahiku? Tunggu sebentar aku menyentuhnya.
Ternyata air ini dari kedua bola mataku. Aku tak sadar, ternyata aku serapuh
ini meyakini cinta kita. Sudah puluhan
tahun cinta kita berjarak karena perantauanmu di negeri sana. Namun karena usai
pertemuan kita yang kuanggab pertema kalinya itu, aku kembali merangkai cinta
ini untukmu meski kadang aku tidak yakin apakah cintamu ada buatku.
Aku rindu, aku ingin mendengar
suaramu mengatakan “aku mencintamu”
namun jika engkau tidak ingin mengatakan itu, bagaimana jika aku mencari
lelaki lain. Yang bisa menjagaku dan mencintaiku. Apa, Jangan? Kenapa? Karena tidak ada yang
bisa mencintaimu seperti cintaku. Jawabmu. ini yang membuatku tidak kuat jika
rasa rindu ini datang.
Tuhan... tolong sampaikan rasa rindu
ini. tiupkan di teliganya saat tertidur. Agar jika ia bangun maka wajahkulah
yang pertama ia ingat.
Sekarang aku mulai menangis lepas.
Air mataku kubiarkan jatuh. Biar saja dilihat orang-orang yang berlalu. Aku
sudah tidak peduli. Aku benar-benar rindu. Aku berdiri dari tempatku tadi dan
berjalan menuju kamar mandi. Di sana aku mengambil air wudhu “kalau ada sesuatu
di hati kita ambillah air wudhu maka semuanya akan baik-baik saja” itu yang
kuingat darimu wahai engkau yang membuatku merindu.
Aku kembali duduk di tempat semulah.
Kali ini aku melihatmu datang padaku dengan gagah berani. kulihat kau membawa
sepucuk surat di tangan kanan. Kau senyum padaku dan menghampiri dengan mata
berbinar-binar. Rasanya aku ingin terbang saking senangnya.
“ini surat untukmu” meraih tanganku
kemudian berbalik lalu meninggalkanku. Ada apa ini? mengapa engkau pergi lagi?.
Aku sudah jenuh menunggumu. Tapi mengapa kau hanya 10 kedipan mata berada di
depanku?. Aku kalap, aku tak tahu harus bagaimana, aku ingin mengajarmu tapi
rasanya kaki ini berat untuk melangkah. Lalu teringatlah aku pada dedaunan yang
jatuh itu. seperti itulah kisah cinta kita. Cinta yang berguguran oleh waktu.
Aku menangis merintih. Kubuka perlahan suratmu, kubaca dengan sejuta harapan
bahwa engkau telah mengajakku untuk hidup bersama.
“Nak, cinta itu tidak selamanya harus
bersama. Cinta tidak harus saling memiliki. Ayah tahu bahwa tak mudah engkau
merasakan sendiri cinta. ayah paham nak. Ayah mungkin lebih sakit darimu. Tapi
ayah tidak akan pernah mengatakan bahwa cinta kita seperti daun. Tetapi cinta
kita seperti kapal pinisi, semakin lama ia di lautan makin kuat pula kayunya.
Ingat bahwa cinta tak harus memiliki. Jaga dirimu baik-baik. ingat nak cinta
tidak harus memiliki. Ayah tetap sayang padamu walau sulit bahkan mustahil kita
berada dalam satu atap. Sekali lagi nak ayah katakan “cinta tak harus memiliki”
begitu pun esok ketika egkau menyukai seorang lelaki. jangan pernah bersedih
jika cintamu tak sampai. Titip dirimu untuk ayah. Jaga baik-baik yah. Jangan
mengecewakan aku dan wanita pilihan ayah dahulu ”
... aku terbangun dari mimpi itu.
setelah wudhu tadi, aku tertidur di selasar mesjid. duh.. ayah mungkin aku
terlalu lelah memikirkanmu.