Sambut Bulan Ramadhan

 
 
Berikut hadits Rasulullah SAW bukti betapa mulia dan istimewanya bulan Ramadahan :
 
"Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentulah mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan ramadhan"[HR. Ibnu Huzaimah]

“Wahai semua manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Diwajibkan padanya puasa dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamya. Siapa yang mengerjakan satu kebaikan (sunah) pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu kewajiban dibulan-bulan lain. Siapa yang mengerjakan ibadah wajib seakan-akan mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban di bulan-bulan lain“. (Sahih Muslim dari Salman)

Marilah kita persiapkan mental, fikriyah, maupun ruhiyah, kita sambut dengan hati terbuka,  penuh gembira dan insya Allah dengan niat dan tekat yang kuat, untuk memperbanyak amal ibadah, sehingga tujuan ibadah ibadah puasa ini ,”la’allakum tattaquuna” (Mudah-mudahan kamu menjadi manusia takwa) akan dapat kita diraih.

Namun sebelum itu, tak lengkap rasanya jikalau saya tidak memohon maaf kepada sahabat semuanya, atas segala khilaf dan keselahan yang pernah terjadi. Semoga dengan permintaan maaf ini, membuat hati kita lebih lapang, dan tanpan beban untuk menyambut bulah penuh ampunan,

Sungguh cantik kain pelekat, dipakai orang pergi ke pekan,
Puasa Ramadhan semakin dekat, silap dan salah mohon dimaafkan.

Terangkai kata dalam bismillah,,
Terucap salam mengiringi doa,,
Ku hantur maaf diatas salah,,
Sambut ramadhan penuh berkah,,
Marhaban yaa ramadhan
Selamat menunaikan Ibadah Puasa 1434 H !!!

Catatan Pendek Buat Mama

Udara di luar sana dingin sekali, sisa-sisa hujan semalam masih ada di atas atap-atap rumah. Sesekali jatuh, melantukan nada-nada indah.
Pagi ini, cuaca sedikit mendung, sudah pukul 07.00 namun masih seperti 06.30. serasa ingin melengkungkan badan saja seraya mimpi indah. Tapi pesan yang kubawa dari kampung, bahwa anak gadis tidak boleh tidur pagi masih kuat melarangku menikmati indahnya pagi itu dengan lelap.
Kuraih notebook hijau yang setia menemaniku, mendengar semua ceritaku. Pagi ini aku membuat catatn pendek. Saat khayalku ingin kurangkai, tiba-tiba ponselku yang berwarna hitam dan agak sedikit tua berdering keras, nyaris membuat jantungku tegang, semalam lupa menyetel volemenya bela, mungkin ini yang dinamakan terkejut  tingkat sultan agung. Ya,... aku mendapat telpon dari seorang wanita, dia wanita yang selalu ingin mengetahui keadaanku. Apa saja yang kulakukan pasti ia ingin tahu. Mulai dari kegiatan kampus, apa yang saya tulis, teman-temanku,. Kudapatkan juga cerita kalau tentanggaku yang bulan lalu ada masalah sehingga tak bisa lanjut kuliah, berhasil lulus SNMPTN undangan di salah satu universitas besar di Makassar. Senang rasanya mendengar berita itu. tak berapa lama mama melanjutkan ke topik lain.
Aku asyik mendengarkannya bercerita dan sesekali diselingi pertanyaan itu, itu tu yang membuatku keki “sudah adami pacarta?” waduh... aku sedikit menelan ludah lalu menjawab “mana bisa orang pacaran kalau masih belum ada kerjanya?” mendengar jawabanku, mamaku berujar “Bila saja aku tahu jodohmu, maka akan kusuruh lelaki itu menjagamu seperti ibu menjagamu. Tiap malam, tiap detik, harapanku hanya ada padamu” aku mulai tersentuh. Padahal rencananya saya tidak ingin memikirkan apa-apa yang bisa membuat kepalaku berat.
Sejak kecil saya tidak suka membahas hal seperti ini pada mama. Entah mengapa, aku tak bisa  merangkai kalimat untuk membahas masalah cinta. Yah.. aku tahu mungkin karena sampai sekarang aku belum desawa. Itu yang paling tepat untuk menebak hal sepele seperti  ini.  #_#
Tiba-tiba suara ibu berubah, ternyata dia rindu jadi menanyakan hal seperti ini. Aku mencoba menoleh keluar jendela, untuk menenangkan hati.
“Tidak lama lagi saya pulang. Wassalam” aku menutup tanpa menunggu respon. Karena aku tidak suka air mata...

^_*  maaf.... mama.. mungkin aku harus mendaki gunung dulu, lalu melambaikan bendera sebagai bukti sukses dengan usaha. Lalu pulang dengan menggandeng tangan orang yang akan menjagaku seperti do’a-do’a yang kau panjatkan di setiap sujudmu.

Catatan pendek buat Bapak




Beberapa hari ini aku tidak mendengar cerita cinta, cerita yang selalu jadi pembahasan orang-orang yang mengenalku. Bukan di inbox fb, sms, nelpon, rata-rata curhat tentang cinta, tapi sekarang seakan mereka sudah kelar dengan urusan cintanya. Yah.. tak mengapalah itu berarti tidak ada masalah lagi buatnya terutama untuk saya sendiri “pada curhat gitu” padahal urusan cinta pada diriku pun belum ada kelar-kelarnya. Tapi, ketika kalian butuh atau mau datang lagi tak mengapa deh, saya terima. Yang jelas udah curhat traktir ya..!!!
Tema dari tulisanku kali ini adalah catatan pendek buat Bapak. tulisan ini kupersembahkan buat bapak adikku.
Sejak ibu Menni menganggapku bagian dari keluarganya, aku merasa tidak sendiri di prantauan. Aku memiliki ibu dan adik-adik.
Perlakuan ibu Menni  padaku tak berbeda dengan anak kandungnya. Setiap hari jika selesai mengantar anak dan cucunya ke sekolah, pasti ia menungguku di depan rumah untuk mengantarku ke kampus. Sungguh indah pemberian Allah. Perbedaanku denganya hanya satu tapi sangat berbeda. yaitu aku dengannya berbeda agama. Dari sini kurasakan indahnya perbedaan itu.
Di atas motor yang lajunya sedikit pelan disengaja, sesekali ibu bercerita tentang kehidupannya. Setiap kali kata-kata kesal ia ucapkan, aku hanya meresponnya dengan “sabar bu” aku tak tahu harus bilang apa. Lidahku seakan kaku untuk memberi respon positif padanya.
          Kata ibu, anaknya kemarin hilang. Mendengar itu, aku terkejut.
“terus gimana bu?”
“sekarang ada di rumah, lagi sakit”
Aku sedikit terenyuh. meski belum dijelaskan oleh ibu penyebabnya, aku tahu pasti suami ibu. Aku mengangguk-aguk penuh tahu.
“kemarin adikmu melihat bapak lewat tempatnya mengikuti pramuka, trus adikmu manggil bapak. Tapi katanya bapak ga balik-balik. Sampai-sampai adikmu kesal dan lari. Setelah dia capek, barulah ia ke rumah bu de,”  jelas ibu menyembunyikan amarahnya
“trus ade’ pulangnya kapan?”
“jam 20.00. itu pun karena dikabari bu’ de. Ade’mu melarang untuk kasi’ tau ibu” mencoba menyembunyikan air matanya.
“kenapa ade’ ga mau kabari ibu”
Tiba-tiba motor ibu berhenti. Kurasakan pundaknya bergetar. Aku  turun lalu memegang tangannya. Kulihat air matanya tumpah. Air mata yang sejak pertemuanku 10 bulan yang lalu tak pernah kulihat. Meski kehidupannya dililit derita
“katanya karena ibu dan bapak tidak pernah peduli dengan keadaannya” ibu menjawab pertanyaanku yang ternyata sangat menyentuh hatinya.
“yahh sudah bu’... nanti kita bicara sama ade’ ya” kataku menenagkan ibu.
Aku pun melanjutkan perjalanan...

“Ketika bapak tak lagi berbalik ketika mendengar  panggilan anaknya, apakah masih pantas dikatakan ayah?
Aku tak habis fikir, seperti itukah hati lelaki diciptakan. Sehingga lebih banyak melambai ketimbang membelai.
Ya Allah...
Haruskah anak seumur dia merasakan stres yang belum masanya?
Hingga sekarang, banyak hal tak nyaman bagiku akibat perbuatan bapak-bapak yang tak punya hati. Lebih memilih cinta yang mengasikkan ketimbang cinta yang bermanfaat”

                                           Bapak???
                         Buat Adikku...