perawan ting-tong


Malam ini sepulang dari makan bakso di lorong sebelah, perasaanku ga’ enak. Jika ditanya apakah aku kekenyangan, kaya’nya ga’ juga, karena tadi aku makan bakso Cuma satu biji. Tapi jika ditanya, baksonya besar atau tidak, maka jawabanku tidak. Hanya sebesar kepalan tangan pemain sumo. Itu si bagiku. Sudahlah... lupakan acara makan-makan. Rasa sakit ini intinya satu “makan apa saja harus ada sambel”. Sejak pagi makanan yang masuk di perutku tak ada yang beres, itu aja. Titik!!! Jangan ditaya lagi!!!
Malam ini setelah membersihkan kamar dan anggota tubuh, kumatikan lampu kamar dan menghidupkan lampu romantis alias lampu tidur agar mataku lekas terpejam menyambut adzan subuh.
 Kasur yang berukuran satu orang di dalam kamarku malam ini mungkin bertanya mengapa aku tampak galau. Aku yakin jika kasur ini bisa berbicara, pasti dia mengejekku, mengira aku lagi kasmaran. Apalagi tadi pagi ada kunjungan dari teman-teman sedaerah yang kebetulan dari kaumnya Boy Band alias lelaki.  Tapi untunglah kasur tak bisa berbicara. Karena sama adanya, perkiraannya juga salah.
Malam ini saat kutuliskan cerita ini, aku tak dapat memejamkan mata. Kucoba sekuat mungkin namun kekuatan wajah anak itu terus membayangiku.
Memang kebanyakan ayah dan ibu tak sama, tapi bagaimana jika ternyata ada ayah dan ibu sama jahatnya? Pasti seorang anak akan menderita. Aku yakin, jika cinta ayah tak ada, maka cinta ibu lebih dari cukup.  Tapi jiak cinta ibu juga hilang maka kita akan menjadi manusia termiskin di dunia.  Dan inilah yang terjadi pada anak itu.
saat menuliskan cerita ini, mengapa aku memulainya dengan pembukaan yang santai, karena aku tak bisa menulis, tanganku terasa ngilu jika ingin menceritakan anak itu. Okey aku akan memulainya. Aku akan bertahan menceritakannya untuk dijadikan pelajaran.
Pulang pergi kuliah, aku selalu lewat gank kecil itu. nah di gank kecil itulah aku selalu menyapa seorang nenek yang hidup bersama suaminya. Dari sapaan itulah aku mulai akrab.
Pulang pergi kuliah yang keratusan kalinya, aku melihat sesuatu yang berbeda, ada anak kecil di rumah nenek itu. kira-kira umurnya setahun.
Setelah mencari tahu tentang bocah cantik itu, ternyata anak itu adalah milik sepasang mahasiswa yang pernah terlibat nafsu luar biasa sehingga menghasilkan manusia. Setelah melahirkan ia menitipkan anaknya di rumah nenek itu, lalu pulang ke kampungnya dengan gelar “Perawan” dan mengubur dalam-dalam hasil dari nikmat sesaat itu dalam hidupnya. lalu tak pernah datang lagi untuk melihat manusia yang ia lahirkan.
Yah....... malam ini aku tak bisa tidur. Padahal masih banyak masalah lain yang harus kupecahkan. Namun, aku berharap ada orang yang ingin menjadikan anak itu sebagai anak angkatnya. Sebenarnya aku mau menjaga dan merawat anak itu tapi aku sadar siapa aku. Aku hanya mahasiswi biasa yang uang bulanannya pun pas-pasan.



6 komentar:

  Unknown

2 Oktober 2013 pukul 04.18

kerreenn chhoooyy ,,, postinganmu menyilaukan mataku ,,, (peace) :D

  Unknown

2 Oktober 2013 pukul 04.19

ditunggu cerita selanjutnya ,,, postingngi je' komentku ,,,,

  Anonim

2 Oktober 2013 pukul 09.34

Terus, siapa yg harus disalahkan dari lahirnya manusia kecil itu???

  Andi Tenri Al-bugisy

4 Oktober 2013 pukul 03.03

heheheh makasi...

tak ada yang salah, hanya saja ada orang yang tidak bisa mengotrol nafsunya...

  akbar ilyas

12 Oktober 2013 pukul 10.34

perjaka tin tin

  Andi Tenri Al-bugisy

16 Oktober 2013 pukul 18.16

@akbar ilyas
hahahah perjaka tintin itu jarang di muka bumi ini sepertinya.. hahahahtapi entahlah...