Antarkan aku ke pelacuran itu!


Buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya adalah sebuah pepatah yang tersohor dari abad ke abad. Yah... begitulah adanya.
Sebut saja namanya Joni, ia seorang anak dari pekerja bangunan yang hobbynya mabuk-mabukan dan ibunya  yang berprofesi sebagai penjual  sepotong daging di warung-warung remang.
Mengapa ibunya kerja di wrung remang-remang?  Yang di cicipi lelaki hidung belang? Karena ayahnya sudah tak bersama wanita cantik itu .
“Hei Jon, berubah dikit napa!” sedikit  cetus sambil mengangkat dagu.
“Aku tak ingin jauh dari pohonku. Kalau tak mengikuti sikap ayah dan ibuku, berarti aku bukan anaknya dong. Ga’ mau ah nanti durhaka” katanya sok tau
“Hellow jon... itu bukan pengertian dari pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya kamu salah woi!” kata Hamza sambil menjitak sahabatnya  yang penuh ketombe
“Terserah kamu deh. Yang jelas aku cinta ibu dan ayahku. Meski mereka...” Joni terdiam sambil terus berjalan
“Meski apa?” penasaran
“sudahlah, kita berpisah di sini saja yah. Kamu pulang nanti ayahmu marah padaku” kata Joni lalu meninggalkan Hamzah.
Malam itu Hamza tak dapat memajamkan mata, ia masih penasaran dengan perkataan Joni tadi yang nyangkut. entah kenapa ia tidak ingin melanjutkannya. Yang jelas perkara ini adalah hal penting bagi Hamza.
Dua hari kemudian...
Sore itu, saat ayah dan ibu menyuruhnya menutup pintu dan jendela, karena sebentar lagi matahari akan kembali beristirahat. Dan adzanpun akan bersenandung berdu di mana-mana.
“Hamza... lekas tutp pintu nak! Kita shalat jama’ah dengan abimu” teriak ibunya dari dalam dapur yang sedari tadi menyiapkan santap malam
“ Iya ummy” 
Sebelum menutup jendela yang terakhir, Hamza menatap keluar. Langit seakan berbeda. Kunang-kunga keluar lebih awal dari biasanya. Hamza merasa ada yang aneh. Ia tiba-tiba teringat sahabatnya Joni yang sejak kemarin tidak pernah terlihat lewat depan rumahnya  yang jalannya tergopo-gopo  karena minuman keras.
            Setelah shalat magrib,  Hamza mendapat pesan singkat dari  Joni
            “Woi... yuk jalan! Maen ke luar.”
            Hamza segera menemui Joni.
            “kenapa ngajak aku keluar malam?” tanya Hamza, yang prihatin melihat keadaan sahabatnya itu.
            “Temenin aku ke suatu tempat yah!”
            “Emang di mana?”
            “di desa sebelah, ga’ usah banyak tanya dah. Kamu anter aku aja”
            Hamza menuruti saja kemauan sahabatnya itu. Saat sampai di tempat yang dikatakan Joni,  Hamza marah. Ia melayangkan tamparan luar biasa pada sahabatnya .
“kamu ini kurang ajar. Kamu tahu tidak ini tempat apaan? Ini tempat wanita murahan. Ayo kita pulang!” sambil menarik tangan Joni.
“Jangan! Aku mau bertemu dengan seorang wanita” seketika itu seorang wanita parubaya keluar dari kamar bersama lelaki yang tinggi tegab sambil mempebaiki jelananya yang sedikit miring. Mata kedua sahabat itu tertuju tepat pada wanita itu.
“Ibu...” lirih Joni sambil menghampiri ibunya. Ia mencium tangan wanita itu. Lalu mengucapkan kata cinta.
“Ibu, aku adalah buahmu dan aku tak ingin jauh darimu”

***

“Joni.............” suara teriakan Hmzah menggema hingga ke sudut rumah sakit. Joni meninggal karena kebanyakan meminum miras malam itu.
Setelah kematian joni, hamzah membuka surat kecil yang joni masukkan ke saku bajunya malam itu “baca di rumah yah...!
“Aku terlahir dari wanita penghibur. Aku orang miskin. Bedah dengan sahabatku yang mempunyai ayah seorang ustad dan ibunya yang berjilbab panjang. Aku iri apalagi saat aku menyukai seoarang wanita. Wanita itu ternyata menyukai sahabatku sendiri. Karena katanya dia dari keluarga baik-baik, memiliki ayah yang jelas. Maka dari itu aku yakin bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Dan aku akan tetap menjadi buah yang setia pada pohonnya. Aku akan setia pada ibuku meskia ia hanya menjual murah hal termahal itu”
Hamzah menyekah matanya  lalu berujar “Tuhan... cukup satu orang saja yang salah paham pada pepatah ini. Cukup satu orang saja di dunia ini yang tak mau mengubah kehidupannya hanya karena melihat keadaan orang tuanya”